NYARIS LEPAS HIJAB
December 28, 2019
(PART 1)
TAKUT NGGA BISA BERGAYA VINTAGE
“Coba aja kalau sekarang aku ngga pakai ini (Hijab), pasti aku masih bisa
pakai pakaian ala 90-an”, atau “Kata
temen-temenku sih, aku lebih pantes kalo rambutnya digerai, warna rambutku
bagus, terus bisa dibentuk macem-macem”, ada juga yang bilang kalau “Kayaknya jangan pakai jilbab dulu deh. Aneh
ngeliatnya”, sampai ada juga yang bilang “Toh dosa atau ngga, yang tahu dan yang pertimbangin, kan Yang Maha
Kuasa. Kenapa musti ribet sama patokan,sih?”. Seribu satu macam komentar
dilontarkan ketika melihat perubahan saya. Ada yang menanggapinya positif, ada
pula yang menganggapnya negatif. Dengan dalih, mereka masih belum terbiasa
dengan perubahan saya, ataupun karena saya belum pernah membawa tampilan diri
saya seperti saat ini di depan publik.
Foto diambil melalui akun Instagram referensi |
Nyatanya,
negara kita ini memang beragam, ngga bisa dibuat seragam. Memang. Tapi, mau
tidak mau kesadaran itu saya dapat ketika saya mengalami suatu hal yang
membenturkan antara alam bawah sadar saya dengan keadaan yang ada di depan mata
saya. Gampang? Ngga. Sulit sekali buat bertahan dengan pilihan yang saya ambil.
Kalau
ditanya, waktu saya memilih untuk memakai kerudung ini, apakah saya auto nemplok
terus sama kerudung? Jawabannya, jelas NO. Saya masih lepas-pakai,lepas-pakai.
Kalau ke kampus dan tempat kerja, musti pakai. Minimal yang kerudung
instan-langsung pakai, tanpa ribet jarum pentul dan dibentuk aneh-aneh. Tapi,
kalau sudah dalam kos, ya lepas juga itu kerudung. Bahkan sempat beberapa kali
ke toko, sekedar beli susu indomilk deh, masih santai untuk tanpa kerudung. Dan
itu berjalan sejak beberapa hari sebelum bulan Ramadhan 2019 ini. Iya,
iseng-iseng pakai ke kampus, sehari-dua hari rasanya seperti masih ribet.
Belajar menyesuaikan dengan baju, kemeja, sampai warna yang cocok di kulit.
Ribet sekali. Jujur, memang ngga betah rasanya. Peralihan dari yang bebas
berpakaian—dalam artian bebas sopan, tiba-tiba menutup tubuh mulai dari area
rambut, leher, sampai celana di bawah mata kaki. Sungguh, rasanya ribet. Ya
panas,ya gerah.
Foto : Dokumen Pribadi |
Sebenarnya,
kalau diingat-ingat mundur lagi. Beberapa bulan lalu, yakni di awal Bulan
Januari, tanggal 19 pukul 10 malam. Merupakan kejadian luar biasa yang
mengawali segala perubahan dalam diri saya. Bagi yang belum mengerti, bisa cek
di tulisan saya sebelumnya mengenai ..... Mulai dari gaya hidup, managemen
keuangan, sampai mental, rasanya jadi lebih kompleks. Takut keluar malam—meski
pada akhirnya ketakutan pulang malam kalau di kota rantau jadi bukan masalah,
malah merombak segalanya. Yaa sekali-dua kali keluar malam atau pulang malam,
tentunya dengan alasan yang tepat masih maklum. Apalagi mengingat di kota yang
selalu menyediakan tempat bagi mereka yang butuh ruang bicara—seringnya malam
hari, karena pagi sampai sore mereka disibukkan dengan dunia korporat.
Foto : Saat Screening Film pendek perdana "IGUANA"di Omah Co. (2019) |
Lanjut lagi
pada—kenapa harus mengambil perubahan ini (Hijab), dan kesulitan apa saja yang
saya tempuh? Banyak sekali. Khususnya kalau membahas soal satu hal ini (Hijab).
Pertama, karena dasarnya memang cetakan wajah—katanya sih, cocok untuk dunia oldschool, wajah-wajah lawas, atau
apalah. Jadi, tergeraklah saya untuk mengiyakan label yang mereka katakan. Bisa
dibilang, saya adalah orang yang tidak ingin tampil serupa dengan orang lain.
Dari segi penampilan contohnya. Meski
saya tahu, bisa jadi ini terdengar aneh, tapi akhirnya tetap saja saya lakukan.
Membawa pakaian lawas ibu ke kota rantau, celana cordore milik ayah semasa
mudanya, sampai aksesoris yang saya pakai; kacamata, sabuk , tas, dengan
ornamen tahun 90-an. Lengkap saya pakai untuk kebutuhan foto-foto genic ataupun
kalau dalam keseharian, biasa saya pakai yang kasual. Kaus polos atau atasan
lengan pendek dimasukkan celana, terus dipasang sabuk kulit hitam, bersepatu
sneakers kalaupun ada.
Foto : Transformasi saat belajar berkerudung |
Foto ; Transformasi sebelum berkerudung |
Foto : Dokumen Pribadi sebelum berkerudung |
Foto : Dokumen Pribadi. Penampilan setelah berkerudung (2019) |
Kemudian, semua jadi berubah ketika keputusan memakai kerudung ini saya coba “paksakan” belajar – sampai akhirnya jadi kebiasaan. Mulai mencari-cari referensi fashion berhijab tetap bergaya 90-an. Dan, ternyata ada. Sebelum mencari referensi, usaha berhijab ekstranya bukan main. Copot-pasang karena alasan kepanasan, ngga fashionable, sampai takut diberi label ikut-ikutan karena lagi booming cewek-cewek berhijab. Serba salah.
2 coment�rios
semangat. tetep istiqomah :)
ReplyDeleteAamiin. Terimakasih, Jendral
Delete