Realita Metropolitan

December 03, 2018


(sumber foto: unsplash)



Titipan yang (tak sengaja) dibuang


Benarkah?
Mereka menyebutku anak kolong jembatan?
Tak tahu etika, dan tak mengenal tata krama?
Makan pun harus mengais jalanan
Bauku ramah terhadap matahari, hujan, tanah,
bahkan sampah.
Kemana-mana kubawa label dosa
Aku tak kenal siapa orangtua ; bapak-ibuku
Aku tak mengerti mengapa mereka perlu disebut begitu
Sejak kecil rumahku beralaskan kardus, gusuran Satpol PP sudah menjadi hiburanku sehari-hari
Kadang ketika aku tengah lelap tertidur, suara ricuh saling ngotot didepan rumah terdengar mengganggu ; aku hampir tak (lagi) mengenal tangisanku sendiri
Aku disuruh pergi ; konon, kenyamanan kota akan sangat terganggu oleh anak-anak jembatan sepertiku
Aku sudah menjadi liar sejak pertama melihat dunia, entah kenapa
Aku sudah tak perlu lagi minta tolong ;aku dianggap kotor
Percuma,
Mereka menganggapku tak patut dibela ; mereka menganggapku hama
Tapi hidup begini tantangan yang hebat
Kesana-kemari aku mesti berlari
Apa mungkin nantinya aku jadi atlet pelari?
Haha aku selalu suka lelucon
Kadang aku ingin tahu, kadang juga masa bodoh
Tentang ibu yang kata orang menitipkanku di tempat ini
Dan akan kembali jika ku besar nanti
Tapi masalahnya hanya satu, kapan itu terjadi?

Malang. 3 Desember 2018

You Might Also Like

5 coment�rios

  1. Keren. Berlatar perasaan anak jalanan. Semangat berkarya ya!
    Blog walking lagi ke blog-ku ya Kak.

    ReplyDelete

  2. Keren mbakk ..
    Semangat mbakku :*

    ReplyDelete

  3. Keren mbakk ..
    Semangat mbakku :*

    ReplyDelete

  4. Keren mbakk ..
    Semangat mbakku :*

    ReplyDelete
  5. Wow keren 😍😍
    Semangat terus mbak neny ku 😘😘

    ReplyDelete

Like us on Facebook