Emang apa, sih Quarter Life Crisis itu?

March 18, 2022

Sumber foto : dokumen pribadi

Emang apa, sih Quarter Life Crisis itu?


"Aku butuh healing, nih. Lagi ngadepin quarter life crisis soalnya. Hangout, yuk!"

Eiiits tunggu dulu.


Quarter Life Crisis atau krisis seperempat abad. istilah yang akhir-akhir ini makin banyak digunakan bagi kalangan usia 18-30 tahun, atau bisa disebut masa peralihan antara usia remaja menuju dewasa. Nah, kalian juga pasti mengalaminya, kan? Hayooo ngaku!

Tapi, di sisi lain mungkin banyak dari kita yang masih belum begitu paham apa sebenarnya quarter life crisis itu, bagaimana tanda-tandanya, dan cara menghadapinya. Banyak artikel-artikel yang memaparkan perihal krisis seperempat abad yang dialami oleh kebanyakan orang. Hanya saja, kita lupa kalau sebenarnya semua itu memang sudah sewajarnya. Ya bisa dibilang ini fase dalam bertumbuh. Tapi, perlu digaris bawahi, nggak semua yang dituliskan artikel di luar sana bisa relate dan klik dengan diri kita. Kenapa begitu? Karena Gendhis pun merasa demikian. Jadi, untuk memahami sejauh apa quarter Life Crisis itu, yuk kita pahami bareng-bareng.

Ternyata, melalui laman website alodokter.com, Quarter life crisis atau krisis seperempat abad adalah periode saat seseorang berusia 18–30 tahun sedang merasa di titik tidak memiliki arah, khawatir, bingung, dan bimbang akan ketidakpastian kehidupannya di masa mendatang. Umumnya, kekhawatiran ini meliputi masalah relasi, percintaan, karier, dan kehidupan sosial.

Tidak hanya itu, orang yang mengalami quarter life crisis bahkan kerap mempertanyakan eksistensinya sebagai seorang manusia. Ada juga orang yang sampai merasa bahwa dirinya tidak memiliki tujuan hidup. Mungkin ini sebabnya, banyak usia peralihan remaja menuju dewasa terkesan sangat ambisius hingga ada pula yang hampir menyerah karena banyak hal yang akhirnya tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Bisa jadi faktor-faktor di bawah inilah yang mempengaruhi adanya krisis seperempat abad yang kita alami, seperti :

1. Mengalami masalah pekerjaan atau finansial. Kurangnya keseimbangan mengelola antara pemasukan dan pengeluaran. Tapi, hal ini tidak bisa dijadikan patokan permanen jika kondisi seseorang tengah berada di titik mendapatkan pressure dari segala macam arah. Contohnya, ia harus membiayai dirinya sendiri, orangtuanya, dan saudara-saudaranya. Atau istilah kekiniannya "sandwich generation".

2. Merencanakan karier dan masa depan. Ini jelas menjadi titik penting ketika sudah lepas dari bangku pendidikan. Tanpa disuruh, seseorang akan terdorong dengan sendirinya bahwa ia tidak mungkin berdiam diri. Dan harus bergerak menghasilkan sesuatu supaya tidak bergantung pada orang lain.

3. Menjalani hidup mandiri. Kebanyakan kita, mulai merasa "bisa" dalam melakukan dan mengatasi segala problematika kehidupan. Tapi, jangan disalahartikan pula kalau umur menentukan kedewasaan seseorang, ya. Belum tentu.

4. Menjalani hubungan romantis yang serius untuk pertama kalinya. Ya, jelas. Di fase-fase ini sudah melewati berbagai hal. Ditempa oleh ragam ujian, kekuatan dalam perjuangan mencapai tujuan, dan pada akhirnya membutuhkan sosok yang bisa dijadikan sebagai sandaran dalam hidup. Bukan lagi menginginkan pasangan dengan kriteria yang hanya berdasarkan pada "kulit" seperti ia harus tampan seperti tokoh serial drama Korea, memiliki tubuh atletis seperti Chico Jericho, atau suaranya harus ngebas seperti Bryan Adams. Bukan. Melainkan juga pada "daging". Bertanggungjawabkah dia, menyayangi ibu dan sanak familinya atau tidak, memiliki orientasi masa depan seperti apakah dia, apa tujuan-tujuan kedepannya melibatkanmu atau tidak, dan banyak sekali yang perlu diperhatikan.

5. Mengalami putus cinta setelah menjalani hubungan yang serius sekian lama. Berbanding terbalik jika fase ini sudah kamu lewati. Akan sangat menyakitkan jika ekspektasi-ekspektasi yang terlalu tinggi dan terlalu menjadikannya harapan satu-satunya tanpa komitmen di dalamnya. Berhati-hatilah. Sebab untuk pulih, membutuhkan waktu yang lama. Tapi kalau sudah menemukan yang terbaik, bersyukurlah. Jangan mencari-cari celah dimana letak salah pasangan. Percayalah saja, kalau urusan asmara jika dilawan pakai logika tidak akan pernah ketemu cocoknya. Selalu saja ada yang tidak benar. 

6. Melihat teman sebaya sudah mencapai impiannya lebih dulu. Dan, kamu merasa "wow, kok cepat sekali, ya". Menyalahkan diri sendiri. Atau bahkan sampai merasa diri tidak berguna karena membandingkan dengan pencapaian orang lain yang terlampau jauh.

7. Membuat keputusan pribadi atau profesional yang akan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Nah, ini dia yang akan menjawab sisi kedewasaan kamu. Dihadapkan oleh problematika, bukan untuk membuat kamu jatuh sepatah-patahnya. Melainkan menempa kamu supaya terbentuk menjadi pribadi yang tangguh dan tak terkalahkan. Jangan dengan orang lain, setidaknya mengalahkan ego dan pikiranmu sendiri.

Menurut alodokter.com, ada beberapa hal yang bisa menjadi tanda seseorang sedang mengalami quarter life crisis :

1. Sering merasa khawatir mengenai masa depan.

2. Merasa terjebak dalam situasi yang tidak disukai.

3. Sulit membuat keputusan ketika dihadapkan dengan berbagai pilihan

4. Kurang motivasi dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Bahkan hal yang paling dibutuhkan adalah ketika menghadapi realita bahwa "tidak semua berjalan baik", ada seseorang yang menjadi support system.

5. Sulit menentukan apakah harus menjalani hidup sesuai dengan keinginan diri sendiri atau sesuai dengan tuntutan keluarga dan masyarakat

6. Khawatir akan tertinggal dalam ketidakpastian hidup seorang diri

7. Merasa iri dengan teman sebaya yang sudah lebih dulu mencapai impiannya

8. Emosi yang tidak stabil. Karena disebabkan oleh pikiran-pikiran yang dibuatnya sendiri.


Cara Menghadapi Quarter Life Crisis

Sebenarnya wajar jika Anda mengalami quarter life crisis. Namun, ini tidak boleh dianggap remeh, karena bila tidak dihadapi dengan bijak, quarter life crisis bisa berubah menjadi depresi. Untuk menghadapi quarter life crisis, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan, antara lain:

1. Berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Kesalahan terbesar kita adalah, kita fokus bukan pada pencapaian dan apa yang kita butuhkan. Itu hanya menjadi kesia-siaan. Alih-alih mendapatkan balasan setimpal, malah makin overthingking. Yuk, fokus. Dan jangan lupa tanamkan dalam pikiran kamu kalau jawabannya mungkin tidak akan langsung ada saat ini juga. Fokus saja dengan bagaimana kamu bisa melewati satu hari dengan sebaik-baiknya. Yakinlah bahwa kamu perlahan-lahan akan mengetahui keinginan dan tujuanmu, bahkan mungkin tanpa kita sadari.

2. Ubah keraguan menjadi tindakan.

Nggak perlu bingung. Coba jadikan kesempatan untuk menemukan tujuan baru. Isi hari-hari kamu dengan hal-hal positif untuk menemukan jawaban atas keraguan yang mengelilingi kepala. Yakin, deh pada akhirnya jawaban itu bakal datang dengan sendirinya.

3. Temukan orang-orang yang bisa mendukung kamu.

Berada di sekeliling orang-orang yang bisa mendukung impian dan cita-cita kita itu juga bisa menjadi cara untuk menghadapi quarter life crisis, lho. Bukan yang sepenuhnya mendukung. Maksud Gendhis di sini kamu perlu punya support system yang bisa nge-push kamu buat maju, sekaligus menjadi alarm kalau kamu hampir nyerah atau cepat puas. Nah paket komplit, kan?

4. Belajar mencintai diri sendiri.

Ketika sedang terjebak dalam quarter life crisis, kamu mungkin akan cenderung mengabaikan berbagai kenikmatan yang sebenarnya sudah kamu miliki. Padahal, untuk mencapai tujuan dalam hidup, kamu perlu menghargai dan mengapresiasi juga mencintai diri terlebih dahulu.

Mulai perhatikan kebutuhan kamu. Ingat ya, kebutuhan kamu. Apa yang kamu suka, apa yang membuat kamu nyaman, dan apa yang ingin kamu coba lakukan. Lalu, kamu wujudkan, deh satu-persatu passion kamu dimulai dari yang kecil terlebih dahulu. Tanpa kamu sadar, hal-hal kecil ini bakal membuat hidup jadi lebih menyenangkan.

Wah, ternyata quarter life crisis bisa menyerang siapa saja ya, teman-teman. Tidak bisa dipungkiri sih, karena sesungguhnya masalah dalam hidup adalah hal yang sangat wajar. Dan pasti semua orang mengalaminya. Dalam menghadapi fase ini, kita perlu fisik dan mental yang kuat supaya krisis ini tidak berlanjut lebih jauh. Yuk, buat good habits kamu jadi more than good lagi setelah ini.

Jangan malu untuk bersuara, ya


 

You Might Also Like

0 coment�rios

Like us on Facebook